2 Tahun di Labsky. Sebuah Autobiografi

Hari Jumat tanggal 10 Juli 2 tahun lalu adalah hari pertama dimana saya memulai kehidupan baru saya sebagai siswa SMA Labschool Kebayoran. Pada hari itu, semua siswa baru kelas 10 berkumpul untuk membicarakan tentang persiapan Masa Orientasi Siswa mulai dari kelompok, name tag, hingga makanan yang harus dibawa untuk hari seninnya yang merupakan hari pertama Masa Orientasi Siswa. Pada hari itu semua siswa kelas sepuluh dikumpulkan di hall basket setelah dibagi menjadi beberapa kelompok dengan satu mentor pada masing-masing kelompok. Setelah berkumpul menjadi beberapa lingkaran kecil, masing-masing kelompok diwajibkan untuk memilih ketua kelompok yang akan bertanggung jawab terhadap kelompoknya selama masa orientasi siswa berlangsung, yaitu mulai hari Senin, 13 Juli 2009 sampai hari Rabu, 15 Juli 2009.
Setelah persiapan dan perkumpulan dengan para anggota kelompok selesai, kami semua diperbolehkan pulang kerumah masing-masing untuk mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk hari Senin. Pada waktu itu, saya memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumah melainkan ke pasar mayestik dulu untuk membeli perlengkapan yang dibutuhkan untuk membuat nametag yang terbilang cukup sulit untuk membuatnya. Untung saja waktu itu saya ditemani oleh tiga orang teman saya sejak SMP yaitu Gitasha Afiyah Putri, Atika Andianti, dan Listianti sehingga saya lebih mudah menemukan jepit warna warni, kertas karbon, tali untuk nametag, belom lagi kertas-kertas karton dengan warna yang berbeda-beda. Selain itu, saya dan ketiga teman saya juga harus memfotokopi gambar nametag yang harus dibuat hingga 30 kopi agar lebih mudah bagi kami dalam meniru dan membuatnya. Setelah semua perlengkapan sudah terkumpul, kami berempat memutuskan untuk membuat nametag bersama-sama di rumah Listy karena kebetulan rumah listy berada tidak jauh dari sekolah. Kami pun lalu membagi tugas masing-masing untuk mempercapat penyelesaian nametag. Kami mengerjakannya mulai dari jam 3 sore hingga jam 10 malam. Namun, karena kami mengerjakannya bersama-sama dan dengan pembagian tugas yang merata, semuanya terasa jauh lebih mudah.
Pada hari Senin , saya pun memulai masa orientasi. Sebagai siswa baru, kami diwajibkan untuk mengikuti kegiatan ini walaupun saya berasal dari SMP Labschool Kebayoran. Selama masa orientasi siswa, banya suka duka yang saya rasakan. sukanya adalah ketika saya bertemu teman-teman baru, dan dukanya adalah ketika kami semua dimarahi dan dikerjain oleh kakak-kakak osis yang bertugas pada waktu itu. Namun sekarang semua itu telah menjadi cerita yang lucu untuk diingat.
Setelah selesai masa orientasi, semua siswa kelas 10 dibagi kelas menjadi lima kelas dengan masing-masing kelas berjumlah 40 siswa. kebetulan pada waktu itu saya mendapatkan kelas XB dengan wali kelas bapak Ali Fikri Pane. Kelas XB adalah kelas yang sangat menyenangkan. Di sana saya mendapatkan banyak teman baru yang sangat baik dan menyenangkan. Saya memiliki beberapa teman dekat di sana dan sampai sekarang kami pun masih menjadi teman dekat. Mereka adalah Audi, Shani, Naya, Nadine, dan Wima. Pak Ali juga merupakan wali kelas yang sangat baik dan pengertian mengingat pada saat  kelas 10, kondisi kesehatan saya sangat menurun. Saya pernah dirawat di rumah sakit hingga dua minggu karena penyakit demam berdarah sehingga pada saat saya masuk sekolah kembali, banyak sekali pelajaran yang harus saya kejar. Belum lagi dengan susulan ulangan hingga 8 mata pelajaran dalam waktu satu minggu. Waktu-waktu itu adalah waktu yang berat yang harus saya lewati. 
Tidak lama setelah itu, di Labsky, ada kegiatan tahunan yang wajib diikuti oleh semua anak kelas 10 yaitu Trip Observasi. Trip Observasi adalah kegiatan berkunjung dan tinggal di rumah penduduk selama lima hari untuk ikut merasakan bagaimana kehidupan orang-orang yang tidak berkecukupan. Kegiatan ini diselenggarakan di kampung Pasir Muncang, Purwakarta. Sebelum mengikuti kegiatan ini, semua siswa harus mengikuti Pra-TO dimana kita harus membuat nametag dengan tingkat kesulitan yang bisa dibilang cukup sulit dan membuat tongkat untuk kelompok dengan pola yang ditentukan. Sebelum itu, kami dibagi dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 10 orang.  Dan pada waktu itu, setiap ketua kelompok Trip Observasi disaring dengan cara voting untuk menentukan siapa yang pantas untuk menjadi ketua angkatan Nawastra. Dan akhrinya, setelah memalui tahap seleksi dan voting, Nabel, Danto, dan Olaflah yang terpilih menjadi ketua angkatan untuk Nawastra.
Pada waktu pra to, saya dan dua orang teman saya, Uje dan Vicky kebagian tugas membuat nametag dan sisanya membuat tongkat. Dengan kerja keras dan bantuan dari mentor pun akhirnya nametag-nametag tersebut selasai dalam waktu 3 hari. Dan pada hari Seninnya, kami berangkat ke kampung Pasir Muncang untuk melaksanakan kegiatan ini. Namun, pada saat melakukan kegiatan, karena membawa beban terlalu berat, penyakit punggung yang saya derita dari saya kelas 7 SMP kambuh sehingga saya pada hari pertama harus dipulangkan lagi ke rumah. Hari itu, semua kerja keras saya selama pra TO terasa sia-sia karena ternyata para hari H, saya tidak bisa mngikuti kegiatan tersebut. Hari itu merupakan hari terburuk yang pernah saya alami di kelas 10. karena sejak saat itu, semua kegiatan saya harus sangat dibatasi. Mulai dari olah raga hingga kegiatan sekolah yang berhubungan dengan fisik saya tidak diizinkan ikut.
Setelah liburan semester kedua, semua nawastra melakukan studi lapangan kepandung yang hanya dua hari satu malam. Di Bandung, kami pergi ke PT. Pindat yang merupakan tempat pembuatan senjata di Indonesia. Selain Ke PT. Pindat, kami semua juga pergi berjalan-jalan di Dago selama beberapa jam. Dan pada keesokan harinya, sebelum pulang, kami semua pergi ke ciater dan bermain-main disana selama beberapa jam. Di Ciater, terdapat sangat banyak wahana permainan, dari rumah hantu hingga berkuda ada disana. Setelah puas bermain, kami pun foto angkatan sebelum melanjutkan perjalanan pulang ke Jakarta. Di Bandung, saya sekamar dengan kedua teman saya yaitu Naya dan Audi.
Semester kedua di kelas 10 semuanya begitu menyenangkan walaupun sedikit sulit dalam mengejar nilai untuk mendapatkan jurusan IPA, jurusan yang saya minati. Namun, karena kejadian pada saat trip observasi, mama saya tidak mengizinkan saya mengikuti kegiatan apapun termasuk osis. Dan pada saat bintama, mama saya pun bersikeras untuk tidak mengizinkan saya mengikuti kegiatan bintama yang pada waktu itu dilaksanakan di serang. Namun, setelah berdebat panjang, akhirnya mama saya mangizinkan saya untuk mengikuti acara tersebut namun hanya 3 hari itu pun saya tidak boleh mengikuti satupun kegiatan yang ada sehingga berakhirlah saya menjadi “Tim Bodrex” bersama Bapak Edy Rufianto yang selanjutnya menjadi wali kelas saya di kelas 11. Pada waktu itu, saya dan keempat teman saya menjadi penghuni tetap KSA dan hanya melihat teman-teman yang lainnya mengikuti kegiatan.
Setelah melalui banyak perjuangan dalam mempertahankan nilai untuk mendapatkan mata jurusan IPA, saya pun akhirnya mendapatkan apa yang saya inginkan. Dikelas 11, saya mendapatkan teman-teman baru dan wali kelas baru. Pada awalnya, sedikit sulit bagi saya untuk beradaptasi di keals yang baru dengan teman-teman baru terutama pelajaran yang baru dan hanya IPA .Dalam satu minggu ada 5 jam pelajaran setiap satu mata pelajaran IPA dan itu cukup sulit buat saya. Namun, pada akhirnya, saya pun mampu untuk beradaptasi dan mulai terbiasa dengan kelas baru saya. Dikelas sebelas ini, tidak banyak yang berubah terutama guru-gurunya. Bedanya hanya di kelas sebelas ini tidak ada pelajaran IPS lagi dan jumlah mata pelajaran juga menjadi lebih sedikit. Pada awalnya, saya mengira bahwa ini akan menjadi lebih mudah dengan mata pelajaran yang dikurangi. Namun, ternyata sama saja sulitnya dengan kelas sepuluh dengan guru-guru yang bisa dibilang sedikit pelit nilai sehingga sangat sulit untuk mendapatkan nilai yang bagus di kelas sebelas. Namun, belajar di kelas sebelas lebih fokus sehingga minat dan cara belajar saya lebih terarah dan fokus sehingga saya lebih mengetahui minat saya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi nanti.
Pada saat semester dua awal, angkatan saya mempunyai acara tahunan yaitu studi lapangan ke jogjakarta selama tiga hari dua malam. Waktu itu saya sekamar dengan Gitasha Afiyah Putri dan Rulliana Nurfadhilla di Hotel Quality Jogjakarta. Pada hari pertama kami mengunjungi keraton menunggu anak IPS sekaligus melihat-lihat barang-barang yang ada di keraton. Pada Sore harinya, kami semua pergi ke candi prambanan. disana, kami berfoto-foto walaupun pada akhirnya turun hujan dan kami harus kembali ke bis. Hari kedua adalah hari yang paling membosankan terutama untuk siswa IPA yang harus ke pabrik jamu dan ke markas TNI Angkatan Udara yang bertempat di Jogjakarta. Tempat itu bisa dibilang cukup membosankan karena saya hanya mendengarkan orang mendiktekan materi dan tempat tersebut juga sangat kotor dan berdebu. Namun, untung saja pada malam harinya kami pergi menonton pertunjukkan Sendratari Ramayana yang berada cukup dekat dari candi prambanan. Di sana kami melihat pementasan kisah Rama dan Shinta. Sebelum pertunjukan di Sendratari Ramayana, tim tari tradisional dari Nawastra juga menampilkan penampilan tari Zapin dan tari saman di sana.  
Setelah acara studi lapangan ke jogjakarta, saya merasa lebih santai. Karena di kelas sebelas ini tidak banyak target yang harus dikejar seperti di kelas sepuluh yang harus mengejar masuk jurusan IPA dan kelas dua belas yang harus mati-matian berusaha untuk masuk perguruan tinggi yang diminati. Di kelas sebelas, saya hanya harus belajar untuk mempertahankan nilai agar naik kelas ke kelas dua belas. Namun, di kelas sebelas, sangat banyak program angkatan yang harus diselesaikan seperti Sky Battle dan persiapan dana untuk Sky Avenue yang sangat membutuhkan banyak dana. Selain itu, saya di kelas sebelas mendapatkan banyak teman. Dan di kelas sebelas pula saya akhirnya mulai melakukan aktifitas fisik lagi.