Autobiografi, 2 tahun di labsky versi saya


Kelas XB

         Waktu itu umur saya baru menginjak 15 tahun, 15 tahun saya hidup setelah beberapa tahun sebelumnya mengenyam pendidikan TK, SD, dan SMP. Banyak pelajaran telah saya pelajari dan mengerti sehingga dianggaplah cukup ilmu saya untuk memasuki jenjang berikutnya yaitu SMA. Setelah lulus ujian masuk yang diadakan SMA labschool Kebayoran, saya resmi dinyatakan sebagai murid untuk tahun ajaran 2009/2010. Kala itu posisi saya masih bertempat tinggal di Solo. Setelah ayah saya dipindah tugaskan barulah saya ikut berpindah ke Jakarta.
            Banyak pengalaman yang saya dapat di SMA Labschool Kebayoran mulai dari yang termanis hingga yang paling pahit. Diawal masuk saya dijejali dengan kegiatan MOS (Masa Orientasi Siswa). Pada saat itu adalah kali pertama saya mempunyai rambut botak, tepat sekali botak sepatu satu. Bila dilihat-lihat hampir miriplah seperti tuyul tetapi itu memberikan kenangan yang sedikit menggelikan buat saya pribadi. Jujur saja saat MOS saya masih merasa kurang nyaman dengan lingkungan sekitar saya, dikarenakan saya masih belum bisa beradaptasi dan beradaptasi itu pun memerlukan waktu. Saya memasuki gerbang SMA Labschool Kebayoran seorang diri, tanpa seorang teman dengan bahasa yang kurang familiar di telinga saya. Awalnya memang canggung tetapi akhirnya saya mendapatkan teman pertama saya. Saya ingat sekali ketika saya pertama kali berkenalan, namanya adalah Andhika yg sekarang lebih akrab dipanggil “Kuma”. Setelah beberapa lama berbincang barulah saya mengerti ternyata dia sedang menunggu salah seorang temannya karena dari sekolah SMP tempat dia berasal hanya 2 orang yang masuk SMA Labschool Kebayoran.
            Kegiatan MOS berlangsung di sinilah saya mendapatkan gambaran tentang bagaimana dunia SMA yang tentunya sudah berbeda dari dunia SMP saya yang dulu. Introduksi nilai-nilai dan kebudayaan Labschool Kebayoran diperkenalkan kepada saya. Tentu saja saya mulai lagi untuk mengerti dan membiasakan diri. Pengalaman di MOS yang tak kalah menarik adalah makan komando. Makan komando yang pertama kali saya ikuti karena sebelum-sebelumnya saya tidak mengalami hal-hal berbau militer seperti ini. Pertama berat memang rasanya ketika makan diburu oleh waktu dan dipaksa terburu-buru. Namun setelah hari kedua MOS saya sudah terbiasa.
            MOS akhirnya selesai, mulailah dengan rutinitas baru saya belajar di SMA. Kelas X saya bertempat di kelas XB. Moving class dilaksanakan setiap kali jam pelajaran berganti, di kelas XB saya mulai mendapatkan teman dan mulai terbiasa dengan lingkungan saya. Pertama saya masuk, saya dikenal dengan logat saya yang medok karena baru saja pindah dari daerah di Jawa. Di kelas X ini selain rutinitas belajar saya, banyak kegiatan sekolah yang harus diikuti seperti pesantren ramadhan, Trip Observasi, Bintama, sampai Lapinsi. Tak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai pesantren Ramadhan karena idealnya di bulan Ramadhan kegiatan kita warnai dengan ibadah. Selain kegiatan pesantren Ramadhan, saya juga mengikuti kegiatan OSIS yaitu Sahur On The Spot bersama teman-teman. Waktu itu saya bermain di rumah teman hingga larut malam dan selanjutnya berangkat bersama menuju sekolah. Di sekolah kita diberikan sedikit pengarahan oleh kakak OSIS dan jam 1.00 tepat kami berangkat menuju panti asuhan. Rasa berbagi kami curahkan di panti asuhan, senang rasanya bisa berbagi kebahagiaan dengan anak yatim piatu.
          Pada saat itu hal yang menjadi bahan pembicaraan adalah kegiatan Trip Observasi dan Bintama. Kedua kegiatan ini merupakan kegiatan yang cuma ada di Labschool Kebayoran, kata teman saya. Waktu itu wali kelas saya adalah pak Ali Fikri Pane, beliau adalah guru mata pelajaran sejarah di kelas X. Saya dan teman-teman mendapatkan penjelasan dan informasi tentang kegiatan-kegiatan sekolah melalui pak Ali. Sejauh ini pak Ali meninggalkan kesan yang baik bagi saya. Selain menerima informasi dari wali kelas kami juga menerima informasi kegiatan sekolah dari pak Subhan. Pak Subhan adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan pada masa itu. Banyak anak yang mengeluhkan cara bicaranya ataupun menertawakannya saat dia berbicara di depan kami semua. Menurut saya memang wajarlah seorang kesiswaan menjadi musuh bebuyutan murid-murid karena bagian kesiswaan selalu menjadi orang yang paling cerewet dan mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan murid, seperti urusan rambut. Razia rambut menjadi suatu kegiatan yang menggelikan, di setiap razia ini banyak nama siswa yang menjadi pelanggan tetap cukur gratis. Saya pribadi tidak pernah mendapatkan layanan cukur gratis dan mungkin teman saya yang mendapatkan layanan tersebut memiliki kenangan tersendiri. Biasanya razia rambut ini diadakan sebelum UTS atau UAS berlangsung, kata guru-guru untuk menjaga kerapian saat sedang ujian tapi tetap saja sampai kapan pun murid laki-laki tidak setuju.
            Trip Observasi yang tidak ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Seperti kegiatan-kegiatan sekolah lainnya, Trip observasi memakan banyak tenaga, apalagi pada saat pra-TO. Pra-TO dilaksanakan di sekolah selama 3 hari, persiapan-persiapan sebelum menuju Trip observasi kita siapkan semua selama 3 hari ini. Pra-TO memakan banyak tenaga bila dibandingkan dengan kegiatan TO itu sendiri. Kebetulan saya terpilih menjadi ketua kelompok 20 Kecak. Anggota kelompok saya memang sedikit ngawur, ada yang hobi jahil dan ada yang hobi tidur, ada juga yang hobi gosip. Tapi kata teman-teman saya anggota kelompok merupakan cerminan ketua kelompoknya, maka bisa dibilang saya yang paling ngawur. Banyak ketua kelompok yang dilanda kecemasan termasuk calon ketua angkatan karena pada saat pra-TO inilah kami diuji (katanya) tak tahu kita benar-benar diuji ataukah hanya sekedar bentuk iseng belaka. Namun yang jelas, ada kegiatan yang diluar dugaan seperti barikade tongkat dan pelantikan ketua angkatan. Saya pribadi melakukan kegiatan pra-TO dengan sangat santai. Saya tidak lupa ketika akan diadakan siaga tongkat, siaga tongkat merupakan bentuk permainan di mana kita berdiri di lapangan menghadap ke satu sisi dan osis mencoba merebut tongkat kita dari sisi yang tidak kita ketahui dan kita disuruh untuk mengambil tongkat kita kembali bila tongkat kita diambil oleh osis. Sesaat sebelum menuju lapangan saya diberitahu kakak kelas saptraka, Yudiandra namanya dia berkata kepada saya,”Sur, kalo siaga tongkat santai aja kalo tongkat lo diambil cuek aja mending lo ikutin osisnya lari-lari nanti juga dibalikin tongkat lo”. Sejenak saya berpikir tapi benar juga apa yang dia bilang. Siaga tongkat berlangsung mulus untuk saya, meskipun anggota kelompok banyak yang protes kenapa saya tidak berargumen dengan osis tetapi saya punya cara lain. Melihat teman-teman saya yang berargumen panjang lebar untuk mendapatkan kembali tongkatnya saya hanya bisa tertawa dalam hati. Apa yang dibilang oleh Yudiandra memang benar adanya, siaga tongkat cuma iseng belaka menurut saya. Ketika tongkat saya direbut saya mengejar osis tersebut, dia meminta saya mengeluarkan argumen tetapi saya diam saja dan hanya mengikutinya berlari, sampai suatu ketika dia bosan dan menjatuhkan tongkat saya. Pada saat pra-TO kita juga mendapatkan ketua angkatan 9 yaitu Nabel,Olaf, dan Danto. Angkatan 9 ini lalu diberi nama Nawadrastha Sandyadira atau bisa disingkat Nawastra.Kegiatan pra-TO memberikan kami persiapan dan kami telah siap untuk melaksanakan TO. Kami berangkat bersama menuju desa Pasir Muncang di Purwakarta. Di sana banyak hal yang kami lakukan seperti kegiatan peduli desa, melakukan observasi, serta penjelajahan. Penjelajahan sangat menyenangkan bagi saya dan teman-teman mengingat itu kali pertama saya melakukan penjelajahan. Di hari terakhir sebelum kami kembali ke Jakarta diadakan api unggun dan sambil menyanyi bersama.
            Setelah TO kami lalui, barulah terasa kekompakan angkatan 9. Kami mulai mengadakan acara-acara angkatan seperti main futsal bareng ataupun hanya sekedar kumpul-kumpul saja. Pergantian semester kami lalui, di semester 2 kami dibuat khawatir dengan masalah penjurusan. Beberapa teman saya ada yang bingung memilih jurusan IPA atau IPS tetapi pada akhirnya semua terbagi sesuai dengan nilai rapor semester 2 mereka. Tak lupa di semester 2 terdapat kegiatan Bintama, kegiatan ini bertujuan untuk melatih mental-mental kami. Kami dikirim ke markas Kopassus dan dipaksa menginap selama seminggu. Kami semua mengira akan diperlakukan dengan tidak senang hati oleh para Kopassus, namun kenyataannya berbeda. Ternyata Bintama lebih cenderung pada piknik ke markas Kopassus walaupun tidak sekedar piknik. Di sini kami diperkenalkan pada kebiasaan hidup para prajurit militer. Kedisiplinan, kebersihan, dan semangat juang ditekankan kepada kami. Tidak lupa kerja sama dan gotong royong dengan teman-teman sangat diperlukan. Hal yang paling menarik saat dilakukannya caraka malam, Kopassus berusaha menakuti kami di tengah hutan yang gelap gulita tapi bagi saya dan kebanyakan teman laki-laki, mereka tidak berhasil. Banyak dari mereka yang menjadi hantu jadi-jadian namun gagal dan malah menimbulkan kesan lucu. Sejauh ini para prajurit Kopassus adalah pelatih dan teman yang mengasyikkan bagi kami.
            Bintama selesai, tibalah saat lapinsi. Lapinsi adalah kegiatan pelatihan dan mentoring terhadap nilai-nilai kepemimpinan bagi kami yang berminat menjadi pengurus osis. Banyak dari kami yang mengikuti kegiatan ini, kira-kira lebih dari 100 orang siswa yang mengikuti lapinsi, sedangkan jumlah osis hanya 56 orang. Dengan demikian pastilah ada proses eliminasi. Lapinsi diadakan selama 2 hari, untuk angkatan 9 kegiatan lapinsi tidak menginap di sekolah. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Saat lapinsi saya merasa bosan karena hanya disuruh mendengarkan pembicara dan tak jarang saya merasa mengantuk. Hari pertama saya lalui tapi tidak untuk hari kedua. Saya tidak mengikuti lapinsi karena ada acara keluarga. Pada saat pengumuman beruntunglah saya bisa menjadi osis dan mendapatkan bidang olahraga.
Lalinju 1
MPK dan OSIS Sie OR
Beda ceritanya dengan kegiatan non-akademik, kegiatan akademik sebenarnya adalah hal yang paling utama. Saat penjurusan tiba, kembali saya beruntung mendapatkan jurusan IPA sesuai keinginan saya, walaupun nilai raport untuk pelajaran IPA saya tidak bagus. Saya lalu ditempatkan di kelas XI IPA 2, di sini saya mendapatkan suasana belajar yang baru. Anak-anak IPA 2 memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi. Saya dan teman-teman membentuk suatu grup, tidak jelas sebenarnya grup apa yang kami buat namun yang pasti kita main bersama. Nama grup itu adalah “Laskar Suram” yang diketuai oleh Adi Nugroho. Bahkan dia membuatkan logonya yang bergambar kuda akan loncat. Kehidupan sekolah saya di kelas XI ini lebih banyak diisi dengan kegiatan bermain. Kelas XI adalah saatnya bersenang-senang kata teman saya, iya betul saya sedikit mengilhami kata-katanya. Saya teringat akan kata teman saya Heza, dia berkata,”nikmatin masa SMA lo, buat kenangan yang susah dilupain”.
            Melanjutkan kehidupan di kelas XI banyak kegiatan osis yang harus saya ikuti, kegiatan ini memang menyita waktu pelajaran namun apa boleh buat. Nilai saya pun dipaksa turun karena banyaknya jadwal main. Lalinju yang pertama saat saya dan teman-teman akan dilantik menjadi osis menjadi kenangan tersendiri. Saya tidak bisa membayangkan lari sejauh 17 km saya tempuh dengan terus berlari. Namun kenyataannya saya dan teman-teman bisa melaluinya bersama-sama. Banyak kegiatan osis yang kami selenggarakan diantaranya Sahur on the spot, Skybattle, Hunting on the trip, JIG, Skynation, Skywalk, Skyavenue, dll. Di penghujung jabatan, Osis Dranadaraka Wiraksaka telah menyelesaikan tugasnya dengan baik dan meperoleh kesuksessan di setiap program kerja. Saya sangat senang bisa menjadi bagian dari Dranadaraka Wiraksaka.
            Kelas XI berlalu dengan cepat, tiba saatnya saya naik ke kelas XII. Saat pertama kali masuk kelas XII saya merasa terengah-engah dan saya mengalami banyak hambatan. Tugas dan tuntutan dari sekolah maupun orang tua membuat saya tidak nyaman. Apalagi persaingan di sekolah sedang ‘panas-panasnya’. Mereka sedang memperebutkan SNMPTN undangan untuk menuju PTN faforit. Saya pribadi berusaha dengan apa yang saya bisa sambil berdoa, soal perguruan tinggi yang saya dapatkan kelak saya serahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Saya merasakan ketidakpastian yang sangat besar untuk menuju PTN faforit, untuk itu saya memerlukan doa dari orang-orang terdekat saya. Apalagi Pak Azhar pernah berkata,”banyak-banyaklah beramal bagi anda yang kurang pintar, semoga itu dapat menolong kalian”. Saya merasa perlu mendapatkan pertolongan dari Tuhan, tanpa-Nya saya tidak bisa berbuat apa-apa. Apapun itu hambatannya saya akan berusaha sekuat tenaga saya karena mimpi saya menunggu untuk menjadi kenyataan.
Kelas XB
Kelas XI IPA 2