730 Hari Bersama Labschool Kebayoran

Setelah 12 tahun berada di lingkungan yang sama untuk menempuh pendidikan sedari taman kanak-kanak sampai dengan sekolah menengah pertama, Subhan akhirnya pindah ke kolam yang lebih besar. Dia masuk Labschool karena terpengaruh oleh kakaknya ytang sudah mengalami menempuh pendidikan terlebih dahulu di Labschool Kebayoran yaitu Firman El Amny Azra. Bagian apa yang menginspirasi Subhan untuk masuk Labschool Kebayoran, dia sendiri tidak mengetahuinya. Setidaknya, menurut dia pindah ke kolam yang lebih besar ini merupakan keputusan yang tepat untuk menambah pengalaman hidup.
Walau kakaknya sudah bersekolah 3 tahun lamanya di Labschool Kebayoran, Subhan baru benar-benar memasuki lingkungan Labschool Kebayoran ketika Penerimaan Siswa Baru. Kala itu dia menempuh ujiannya dalam ruang biologi. Masih teringat olehnya Pak Subhan, mantan wakil kepala bidang kesiswaan pada saat itu masih menjabat dan menyalami peserta PSB. Begitu pula guru yang mengawasi ujian seleksi masuknya, Pak Estu.
Dirinya pun lolos dalam seleksi tesebut. Dia pun diwajibkan hadir pada tanggal 11 Juli 2009 untuk memperoleh informasi kegiatan MOS yang akan dilaksanakan pada hari seninnya. Dia cukup gugup ketika pertama kali masuk pada saat itu karena dia adalah pribadi yang pemalu, cukup tertutup, dan sedikit temannya yang bersekolah dengan dia dulu masuk Labschool Kebayoran. Pada akhirnya dia bisa melewati hari itu dengan baik.
Hal yang dia ketahui dari kakaknya dan dia anggap paling memberatkan dari kegiatan MOS di Labschool adalah membotakkan rambutnya menjadi botak sepatu 1. Walau pada akhirnya dia tahu tidak hanya itu yang sulit tapi juga membuat nametag karena dirinya itu tuna seni. Memotong kertas dengan gunting saja tidak pernah lurus. Namun setelah beberapa saat dia akan bersyukur setelah melihat nametag angkatan kakaknya jauh lebih sulit.
Hari MOS, tanggal 13, 14, 15 Juli 2009 selalu diawali dengan lari pagi. Dia tidak kesulitan mengikuti kegiatan tersebut karena dia sudah terbiasa jogging. Hal yang paling mengejutkan baginy selama mengikuti kegiatan MOS adalah ketika anggota OSIS Saptraka marah-marah karena ketidak kompakan kami dan ketika saya dimarahi karena warna nametag yang tidak tepat, dan ketika latihan PBB. Walau demikian, dia bisa memakluminya karena kegiatan MOS pastinya akan seperti ini. Dia pun bisa melewati MOS dengan tenang.
Hari-hari pertamanya di Labschool Kebayoran cukup depresif. Karena dia orang kesulitan mendapat teman baru. Tapi kemudian hari dia semakin bisa membaur dengan lingkungan Labschool Kebayoran. Terutama setelah masuknya Muhammad Adi Nugroho dari kelas calon akselerasi ke kelas XA. Sampai pada akhir kelas X, dia berteman cukup baik dengan Adi, Omar, Akbar, dan Hafiz. Salah teman terbaiknya yang bertahan sampai sekarang adalah Muhammad Reza Kurniawan, yang dimana sewaktu kelas X tidak seakrab dengannya dibandingkan dengan nama-nama yang disebutkan sebelumnya.
Kewibawaan OSIS Labschool Kebayoran cukup menginspirasinya untuk bergabung kedalam keanggotaan OSIS. Bidang OSIS yang ingin dia pimpin adalah bagian rohani. Antusiasme dirinya ternyata tidak cukup untuk masuk kedalam keanggotaan OSIS. Pada akhirnya dia tidak pernah mendapat kesempatan untuk memimpin. Ii cukup menjatuhkan mental dirinya, walau suatu saat kedepan, dia akan mensyukuri dirinya tidak masuk ke dalam keanggotaan OSIS.
Hari-hari pembelajaran efektif pada awalnya tidak terasa begitu berat. Perlahan tapi pasti kegiatan pembelajaran semakin memberatkan, sesuai dengan reputasi Labschool Kebayoran. Walau demikian dia masih bisa mnegikutinya tanpa merasakan tekanan apa-apa karena teman-teman sekelasnya.
Setelah bulan Ramadhan pada tahun 2009 lewat, program Trip Observasi bagi angkatan 9, angkatan Labschool Kebayoran yang Subhan masuki. Program tersebut dimulai dengan kegiatan Pra-TO terlebih dahulu. Di kegiatan tersebut seluruh angkatan 9 terlebih dahulu melakukan persiapan untuk kegiatan TO. Seperti membuat tongkat yang akan sangat membantu di lokasi tempat TO akan dilaksanakan yaitu Kampung Pasir Muncang dan membuat name tag untuk membuktikan identitas sebagai angakatan 9. Di akhir kegiatan Pra-TO juga angkatan 9 juga mendapatkan 3 ketua angkatan dan namanya sendiri yaitu Nawa Drastha Sandyadira. Kemudian kegiatan TO benar-benar dilaksanakan. Kegiatan TO menjadi kenangan baik bagi banyak anggota angkatan 9, namun hal tidak berlaku bagi Subhan. Kegiatan TO, walau dia tetap sehat sepanjang berlangsung kegiatan, tidak satupun ada hal baik yang dapat dia dapat kenang dari 5 hari itu.
Pada Kelas 10 ini, Subhan bergabung bergabung dalam ekstrakurikuler CD Room. Dia sebenarnya bergabung bukan karena minat pada desain komputer. Namun karena kewajiban memiliki eskul bagi setiap murid Labschool Kebayoran. Walau demikian dia tetap sering hadir dalam kegiatan eskulnya. Selama 1 tahun ini sebenarnya dia memiliki ide untuk eskul baru atau merubah CD Room itu sendiri, namun nampaknya dia masih belum memiliki determinasi untuk melaksanakannya.
Di semester kedua, salah satu kegiatan sekolah yang dia lakukan adalah studi wisata ke Bandung. Walau banyak yang dia lakukan disana, hal yang paling dia ingat adalah dia tahu betapa manusiawi(baca:melawak) gurunya yang mendampingi dalam bus waktu itu. Mereka adalah bapak endang Sumarna, Yusuf Effendi dan Ujang Subhan. Dari kegiatan studi wisata ke Bandung, hanya hal itu yang paling dia ingat.
Program sekolah terakhir yang akan Subhan lakukan dalam Kelas 10 adalah BINTAMA. Betapa leganya dia ketika sadar ini adalah kali terakhir  kepalanya akan dibuat menjadi botak. Kegiatan BINTAMA yang dilakukan di Markas Grup 1 Kopassus Serang, Banten, ini menjadi kegiatan yang paling melekat dalam kenangannya sebagai murid kelas 10. Betapa Subhan belajar mengenai Kopassus itu sendiri sampai menghormati mereka, tata krama, dan yang paling penting adalah jiwa korsa yang diajarkan oleh Kopassus. Walau banyak hal yang diajarkan oleh Kopassus cukup keras, namun Subhan sadar tahu bahwa sebenarnya angkatan terdahulu mengalami BINTAMA yang lebih keras. Sedikit kecewa, namun kegiatan BINTAMA akan selalu terkenang dalam diri Subhan.
Pada akhir semester dua kelas 10, Subhan dihadapkan pada sebuah dilema. Sebuah dilema yang merupakan perubahan arah hidup bagi dia. Nilai yang dia dapat mencukupi untuk masuk kedalam jurusan IPA. Padahal, selama dia di Kelas 10 dia selalu meyakinkan diri untuk masuk jurusan IPS. Hal ini memang suatu dilema karena dia mempermasalahkan konsistensiuntuk masuk kedalam jurusan IPS, namun juga dia ingin memenuhi salah satu tujuan hidupnya yaitu mengejar ilmu yang dimana hal itu dapat diwujudkan jika masuk kedalam jurusan IPA. Pada akhirnya dia meninggalkan konsistensi untuk memenuhi salah satu tujuan hidupnya. Walau demikian dia berjanji untuk konssiten terhadap mimpinya tersebut di masa depan.
Setelah selesai dengan dilemanya untuk asuk kedala Jurusan IPS atau Jurusan IPA, 2 minggu kemudian akhirnya Subhan menjadi murid kelas XI IPA. Subhan walau merasa tidak yakin dengan keputusannya sendiri karena nilai pelajaran IPA pada kelas 10 hanyan mencukupi diirnya masuk kedalam jurusan IPA. Walau demikian, Subhan tetap berusaha semangat untuk menyongsong tahun pelajaran baru ini.
Pembelajaran di jurusan IPA memang sulit. Tapi dengan semangat mengejar ilmu dan mimpinya dia bisa mengikuti pelajaran tanpa ada masalah yang berarti.  Semangat mengejar ilmu yang dia dapat dari tokoh sejarah idolanya yang merupakan seorang ilmuwan, yaitu Nikola Tesla. Ketokohan Tesla dalam kontribusinya untuk umat manusia menginspirasi Subhan untuk suatu hari memnerikan sumbangsih bagi umat manusia. Dengan semangat itu Subhan bisa melewati semester 1 dengan cukup baik, walau di didalam kelas dia biasa sendirian karena teman-temannya banyak yang berada di kelas lain atau berbeda jurusan.
Ketika kegiatan PILAR 2010 hendak dilaksanakan, bertapa terkejutnya Subhan ketika dia tahu kalau organisasi ROHIS tidak diikutsertakan dalam pelaksanaannya sedangkan PILAR itu sendiri merupaka kegiatan yang sangat bernuansa Islam. Subhan pun berusaha melobi agar ada anggota ROHIS diikutsertakan kedalam panitia pelaksana PILAR. Lobi pun berhasil dan 2 orang dari ROHIS yaitu Subhan dan  Ramadhika Vebryto, ketua ROHIS pada saat itu, ikut serta dalam kegiatan PILAR. Tidak ada kenangan berarti dalam kegiatan itu sendiri bagi Subhan, namun bagaimana dia melobi untuk keikutsertaan ROHIS itu memacu dirinya untuk bisa lebih vokal dalam menyuarakan pendapatnya.
Pada kelas XI semester 1, pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai program akhir semester yaitu membuat iklan layanan masayarakat. Subhan, yang sendirian tidak mendapat kelompok memutuskan untuk membuat iklan anti pembajakan karaya intelektual. Tema tersebut dia ambil karena bagi dirinya, pembajakan di Indonesia memang sudah sangat parah. Dia membuatnya dengan klip-klip dari komik internet yang dia edit. Tentu saja dia mencatumkan sumbrnya kemudian. Dari sini, dia belajar betapa nikmatnya buah hasil kerja keras.
Semester 2 dimulai dengan kegiatan studi wisata di Jogjakarta. Di Jogjakarta Subhan mengunjungi beberapa tempat bersejarah seperti situs Keraton dan Candi Prambanan. Ketika mengunjungi Candi Prambanan dai menyadari betapa besarnya sebuah pencapaian yang dilakukan oleh bangsa terdahulu dan seberapa pentingnya menjaga warisan sejarah. Selain situs sejarah, Dia juga mengunjungi pabrik jamu Air Mancur dan pabrik tekstil Sritex. Kebanggaan dirinya terhadap negara bertambah ketika dirinya mengetahui bahwa beberapa produksi Sritex adalah pakaian militer untuk negara anggota NATO. Selain itu, tidak ada hal yang benar-benar menarik perhatiannya.
Semester 2 ini merupaka waktu tersulit yang pernah Subhan alami dalam hidupnya. Kegiatan pembelajaran terasa begitu sulit. Hal tersebut terjadi tidak hanya karena akumulasi dari kelelahan terus sendirian dalam kelas, tapi juga idealisme untuk menganggap ilmu sebagai suatu hal yang mulia, bukan sesuatu yang pantas ditunjukan hanya melalui nilai diatas kertas, mudah untuk dimanipulasi. Semangat dan mimpi yang dia miliki sewaktu semester 1 kalah dengan perasaan tersebut. Sehingga dia benar-benar mengalami waktu yang sangat sulit di semester 2 ini.
 Walau demikian, dia masih bisa menikati waktu terakhirnya di semester 2. Karena dia mengikuti program pemerintah JENESYS, pertukaran pemuda ke Jepang. Walau bukan sebuah program yang dilaksanakan oleh pihak sekolah, dia tetap berpikir kalau sekolah masih memiliki peran karena sudah memberi izin untuk mengikuti program tersebut.
Dari program tersebut, dia belajar banyak hal dari Jepang. Dari gaya hidup mereka yang ramah lingkungan, sopan santun, dan yan paling penting, ketepatan waktu. Selain itu dia juga melihat langsung keteraturan dalam kehidupan masyarakat Jepang. Kunjungannya ke Jepang ini membakar mimpinya lagi untuk bisa menempuh pendidikan disana
Selama 2 tahun terakhir di Labschool, dia sudah mengalami banyak hal. Aspek yang paling dia suka dari Labschool adalah gurunya. Guru di Labschool Kebayoran tidak hanya berkualitas dalam hal otak, tapi juga sungguh bersahabat. Dia sungguh bersyukur dan bangga dapat menempuh pendidikan di Labschool Kebayoran ini.
Untuk saat ini, dia berusaha untuk dapat kembali kedirinya yang lama agar tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Karena dia menyadari bahwa bisa saja waktu-waktu berat di semester 2 kelas 11 tersebut masih berlanjut hingga sekarang. Hal ini dia lakukan untuk mengejar mimpi jangka pendeknya, yaitu melanjutkan studi ke Jepang. Kemudian melanjutkan mimpi jangka panjangnya yaitu memberikan kontribusi bagi umat manusia dan mendirikan panti asuha bagi anak-anak berbakat yang menjadi yatim piatu dari seluruh dunia.
Semoga resolusi dan determinasinya bisa membawa dia kepada mimpi tersebut.