Sekolah Menengah Atas. Pada tahun 2010, saya terpilih sebagai salah satu murid SMA Lasbchool Kebayoran. Terlewat di benak saya beberapa pertanyaan; Bagaimana bisa saya keterima di sekolah seperti Labschool? Saya tidak pandai. Apakah SMA menyenangkan?, dan tentunya masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang berada dalam pikiran saya saat itu. Mayoritas dari pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat negatif.
Mendengar cerita-cerita dari beberapa orang di sekitar saya, sekolah Labsky ini katanya sekolah yang berat. Saya berhasil masuk ke sekolah ini, but the harder thing than getting in is staying in. Mendengar juga dari orang-orang, SMA itu akan lebih menyenangkan dibandingkan SMP. Dengan itu, saya berniat optimis dalam menjalani hari pertama, hari kedua, hari ketiga, sampai hari terakhir SMA nanti. Toh, saya berpikir- tidak hanya saya yang berasal dari Al-Izhar (SMP saya dulu). Jadi saya tahu saya tidak sendiri.
Hari pertama saya memasuki sekolah ini, saya harus menjalani program Masa Orientasi Siswa- atau MOS; layaknya sekolah-sekolah lain juga. Program itu berjalan selama 3 hari. MOS ini, seperti biasa, diisi dengan pengenalan-pengenalan sekolah kepada kami calon-calon pelajar. Kami peserta MOS harus membuat satu nametag, yang saat itu saya anggap sangat sulit. Dengan desainnya yang men-detail dan karton-karton yang harus dipotong dan ditempel- saya seperti biasa udah pesimis duluan. Akhirnya saya dan tiga teman SMP saya akan membuat nametag itu di rumah saya. Kita menyelesaikannya dalam satu malam, Alhamdulillah sesuai dengan jadwal yang seharusnya.
MOS diisi juga dengan selingan-selingan aktifitas; contohnya makan siang. Makan siang, menurut saya, saat itu merupakan hal yang cukup menjengkelkan. Pengurus OSIS memberi kita kode makanan dan minuman apa yang harus dibawa, tata cara makan; sebelum dan setelah, dan kita harus menyelesaikan makan siang itu dengan waktu yang telah ditentukan. Yang, sayangnya, cepat. Saya dulu menganggapnya cukup menjengkelkan karena saya mungkin ‘kaget’ akan sistem Labschool yang agak disiplin. SMP saya dulu bisa dibilang sangat santai dibandingkan Labschool. Selama MOS ini tentunya ada beberapa syarat penampilan- kuncir rambut, jepit, dan seterusnya. Tetapi hal itu wajar dan saya tetap menjalaninya. Jalanin aja, pikir saya.
Disamping segala hal-hal berat itu, program MOS membuat saya ingin menjadi seorang pengurus OSIS. Dan saya, selama bertahun-tahun saya sekolah, tidak pernah terlibat dalam organisasi apapun. Saya saat itu sangat pesimis akan keinginan-keinginan saya, tetapi saya berjanji akan mencoba.
Sejauh satu minggu pertama, saya Alhamdulillah tidak mengalami kesulitan yang berat. Saya bertemu beberapa teman baru, dan hal-hal lain yang layaknya dilewati seseorang yang baru masuk SMA. Di saat hari pengumuman kelas tiba, saya ditempatkan di kelas XD / sepuluh D. Melihat daftar murid lain yang berada di satu kelas dengan saya, untungnya saya sekelas dengan teman SD saya, Thania, dan teman SMP saya, Hana. Jujur, saya jadi tidak terlalu khawatir atau takut saat itu.
Kelas X-D. Jika ditarik suatu kesimpulan, kelas ini bisa dibilang kelas yang menyenangkan. Saya tidak menyesal atau iri dengan kelas lain; saya menjalani awal tahun yang baik saat itu. Saya mendapati beberapa teman-teman baik di kelas tersebut. Walaupun mengingat kembali, saya sebenarnya memiliki suatu beban yang berat; yaitu mengejar jurusan IPA. Saya ingat saat kami diberi lembaran nilai supaya kita bisa menghitung dan estimasi berapa nilai yang kita harus dapat agar mencukupi target untuk bisa masuk IPA.
“Kamu either masuk IPA atau pindah sekolah ya kak. Trust me, it’s good for yourself.”
Saya ingat ayah saya mengatakan itu di salah satu percakapan ‘serius’ yang sering kita lewati. Bisa dibilang ke-pesimisan saya waktu itu menghalangi saya untuk berambisi mengejar sesuatu. Saya selalu berpikir bahwa masuk IPA itu susah- apalagi di sekolah seperti Labschool. Tetapi saat itu, saya mengerti maksud ayah saya. Dengan masuk jurusan IPA ini, akan lebih banyak mata kuliah yang bisa diambil, pikir saya. Dan melihat mata pelajaran IPS, saya berpikir- gue nggak akan naik kelas, Geografi gue nggak pernah tuntas. Jadi ambisi saya untuk mengejar IPA bukan hanya paksaan dari orang tua; tetapi karena keinginan saya juga, lama kelamaan. Akhirnya saya bersikeras mendapat nilai yang bagus dalam pelajaran eksak (tidak melupakan non eksaknya).
Jika hal-hal akademis itu belum cukup berat, ada beberapa program wajib yang bersifat non-akademis, yang harus saya lewati juga. Seperti Pesantren, Pra-Trip Observasi, Trip Observasi, Studi Lapangan, BINTAMA, dan lain-lain. Jalanin aja, saya pikir lagi.
Pesantren saat itu diadakan di sekolah. Jadi waktu pada itu kita menginap di sekolah mendengarkan berbagai macam ceramah dari beberapa orang luar, dan kita wanita saat itu harus selalu memakai kerudung dan baju muslim. Program itu sejujurnya membosankan, jika boleh tarik sebuah kesimpulan.
Pra-Trip Observasi. Teman-teman saya yang berasal dari SMP Labschool bilang bahwa ini mungkin bisa jadi program yang paling menjengkelkan. Bahkan dibandingkan Bintama sekalipun. Karena disini Pengurus OSIS yang akan ‘bersinggungan’ paling banyak dengan kita peserta. Di bayangan saya saat itu; mereka marah-marah dan lagi-lagi, kegiatan makan. Jalanin aja, saya pikir lagi. Pra TO terjalani selama 3 hari. 3 hari yang memang betul menjengkelkan. Kita peserta saat itu harus membuat sebuah nametag (lagi) dan kali ini jauh lebih rumit. Kita dibagi per-kelompok, seperti biasa. Dan kami saat itu juga harus membuat sebuah tongkat dengan desainnya yang cukup rumit juga, dan sayangnya per-individu. Saya ingat waktu itu saya sering pulang larut malam hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang harus kita selesaikan; seperti nametag, koreografi drama yang harus ditampilkan, dan seterusnya. 3 hari itu terasa sangat lama. Dalam program ini juga lah angkatan kami mendapat nama, ketua angkatan, dan yel-yel yang dibuat oleh seksi kesenian (peran mereka disini saya lihat sangat banyak). Nawa Drastha Sandyadira. Dengan ketua angkatan Nabel, Danto, dan Olaf.
Keinginan saya untuk menjadi seorang Pengurus OSIS bertambah melihat peran mereka dalam Pra TO ini, dan pada akhirnya saya tahu bidang apa yang ingin saya dapati nanti jika saya berhasil menjadi pengurus OSIS. Sejak saat itu, saya ingin menjadi salah satu OSIS bidang Kesenian. Semua hal yang saya inginkan pada saat itu saya tulis di suatu buku, dan saya berjanji akan berusaha.
Trip Observasi. Terlalu banyak cerita yang dapat dituliskan, sejujurnya. Program ini berjalan selama 5 hari di Purwakarta. Program ini secara garis besar sangat menyenangkan. Disini kita menginap di rumah penduduk dan melibatkan diri kita dalam aktifitas sehari-hari mereka. Kita membantu bajak sawah, ikut membersihkan piring, dan seterusnya. Kelompok saya waktu itu mendapat pendamping Kak Abi dan Kak Nami, yang berarti mereka juga harus di rumah dan ikut berinteraksi dengan bapak-ibu Trip Observasi kami (yang per-kelompok berbeda-beda).
Di Trip Observasi (TO) ini, ada suatu acara yaitu Penjelajahan. Penjelajahan ini merupakan saat dimana kami per-kelompok menelusuri suatu rute penuh dengan pos-pos OSIS. Ada pos kesenian, bela negara, rohis, dan seterusnya. Jalan yang ditempuh waktu itu tidak terlalu jauh menurut saya, tetapi juga cukup melelahkan.
Di TO ini, tujuan kami peserta ialah mendapat pita hijau dan merah sebanyak mungkin, dan mendapatkan pita kuning se-sedikit mungkin. Kita dapat memperoleh pitau hijau dan merah dengan cara meminta ke kakak-kakak OSIS. Dan kita akan mendapat pita kuning jika kita melakukan sebuah kesalahan.
All in all, dengan adanya TO ini, angkatan kami dan angkatan atas pun juga, menjadi lebih dekat dalam suatu konteks yang tidak bisa saya jelaskan. Tetapi dengan ini, kami jadi semakin kenal satu sama lain. Pengalaman yang menarik, lah.
Studi Lapangan kami waktu itu ditempatkan di Bandung. Saat itu kami pergi selama dua hari; kita mengunjungi museum-museum dan menyelesaikan LKS yang telah diberikan. Kami diberi waktu luang juga, tentunya. Pada malam hari, diadakan malam keakraban atau makrab. Kami, seperti namanya, secara harfiah berakrab ria bersama angkatan kami malam itu.
BINTAMA. Angkatan Darat dan kita. Bonding. Oke, mungkin bukan bonding kalimat yang tepat, tetapi kami peserta Bintama pada bulan Juni pergi ke lokasi Angkatan Darat di Lembang selama lima hari.
Sejujurnya program ini terdengar sangat menyeramkan. Labschool itu bukan sekolah militer, terus kenapa kita harus kesini?, pikir saya. Kami dilatih kedisiplinan oleh Angkatan Darat disitu selama lima hari. Saya ingat hari-hari tersebut terasa lelah dan terik. Tetapi Alhamdulillah, saya berhasil lewati.
Disamping program-program wajib, saya mengingat janji saya untuk paling tidak mencoba mengejar OSIS. Dengan itu saya harus mengikuti program-program seperti LAPINSI dan Tes Potensi Organisasi (TPO). Alhamdulillah saya berhasil menjalani kedua program itu dengan hasil yang memuaskan. Saya berhasil membuat makalah dan presentasi yang cukup baik agar bisa lolos seleksi TPO. Dengan itu, saya, Alhamdulillah, berhasil menjadi seorang pengurus OSIS. Sejujurnya saya kaget, tetapi saya bersyukur.
Di Labschool ini, program ekstrakulikuler merupakan hal yang wajib dimiliki. Terdapat banyak pilihan ekstrakulikuler, akhirnya saya memilih untuk mengikuti Palabsky (Pecinta Alam Labschool Kebayoran). Mengapa? Melihat dari presentasi mereka saat ekspo ekskul (di awal bulan) dan melihat keberhasilan mereka menaklukan berbagai macam gunung, bahkan di Malaysia- saya bisa dibilang kagum.
Palabsky ini lebih merupai sebuah organisasi, menurut saya. Jika di OSIS mereka memiliki jas, di Palabsky ini mereka memiliki jaket. Palabsky memiliki beberapa program kerja- seperti Susur Pantai, Navigasi Darat, Rafting, dan lain-lain. Saat itu saya hanya berharap saya dapat melewati segala rintangan dan lolos menjadi Pengurus Palabsky. Menurut saya, sejujurnya seleksi Palabsky itu jauh lebih sulit dibandingkan seleksi untuk menjadi seorang pengurus OSIS. Untuk ketentuan lulus atau tidaknya di Palabsky, kami harus melewati satu tahun seleksi. Sedangkan di OSIS, dengan lolos LAPINSI dan TPO, sudah bisa ditentukan lulus atau tidaknya. Saya tidak mengatakan mana yang lebih baik, keduanya sama.
Disamping itu semua, saya terlibat dalam acara-acara Labschool yang diadakan oleh OSIS seperti Sky Battle, Sky Lite, dan seterusnya. Saya pikir, saat-saat itulah saya bisa menuangkan bakat saya dan mulai belajar berorganisasi.
Di hari-hari terakhir kelas 10 ini, kesimpulannya saya memiliki beberapa target; 1. Untuk keterima di kelas IPA, 2. Masuk ke bidang kesenian di OSIS, dan 3. Lolos menjadi pengurus Palabsky. Dan Alhamdulillah, saya menyelesaikan tahun pertama saya dengan ketiga keinginan itu terpenuhi, dan saya sangat bersyukur.
Kelas 11 IPA 2. Mulai sekarang belajar eksak mulu ya?, merupakan hal pertama yang muncul di pikiran saya. Hari-hari pertama di kelas 11 ini bisa dibilang cukup menjenuhkan. Pelajaran IPA lebih dari dua dalam satu hari- saya akui memang berat di awal. Dan untuk harus menghindari remedial-remedial, itu membuatnya makin berat. Tetapi lama kelamaan memang seharusnya kita akan terbiasa, dengan keseharian seperti itu.
Membicarakan kelas itu sendiri- secara garis besar 11 IPA 2 merupakan kelas yang seru dan cukup nyaman. Kondusif. Dan teman-teman di kelas itu cukup suportif.
Lari Lintas Juang; atau bisa disebut juga LALINJU- merupakan aktifitas dimana pengurus OSIS dan calon-calon OSIS berlari 17 km dari Kalibata menuju Labschool Kebayoran. Berat? Berat. Pada saat itu saya membawa dua nama baik di pundak saya- OSIS dan Palabsky. Akan menjadi hal yang memalukan bagi saya jika saya harus masuk ke ambulans, tentunya. 17 km itu bukan merupakan jarak yang dekat; dan untuk bisa menempuh jarak begitu panjang merupakan prestasi yang sangat baik, menurut saya. Walaupun susah payah untuk mencapai tujuan, pada akhirnya kami semua berhasil- dan saya bersyukur akan itu. Sesampainya di finish line, saya merasakan kepuasan yang maksimum dan saya yakin teman-teman saya juga merasakan hal yang sama.
17 Agustus 2010- Pelantikan. Saat itu lah kami calon pengurus OSIS periode 2010-2011 dengan nama Dranadaraka Wiraksaka dan calon pengurus Palabsky dengan nama Adrika Phataka, naik jabatan. Saat itu lah kami mendapat jas, mendapat jaket. Kebanggaan tersendiri, jujur; di saat kami memakai jaket dan jas itu. Hari itu merupakan salah satu dari hari-hari yang saya akan ingat, mungkin. Orang tua saya berada disana saat itu, dan saya ingat perkataan mereka; “You actually did it, ya. We’re beyond proud.”
Disamping kedua hari kemenangan itu, kls 11 itu bisa dibilang tahun yang paling menyenangkan sejauh ini. Sejauh saya duduk di bangku SMA, memakai rok abu-abu. Pelajaran saat itu belum terlalu sulit, sejujurnya; dan semua hal yang dulu saya lewati di kls 10, saya akan mengulanginya- memakai jas abu-abu bertalkom hijau. Di tahun ini lah masa SMA saya benar-benar terasa. Saya merasakan bagaimana rasanya ber organisasi, rasanya mendampingi adik kelas, rasanya in control dalam suatu cara yang saya sulit kemukakan dengan kalimat. Target saya saat itu hanya naik kelas, dalam konteks akademis. Sudah bukan kelas 10, tapi belum kelas 12. Posisi itu menurut saya merupakan posisi yang aman dan menyenangkan.
Selama saya menjadi pengurus OSIS, tentunya saya laksanakan berbagai macam program kerja- Dalam hal ini, Seksi Kesenian memiliki program kerja seperti Sky Walk, Sky Lite, dan Sky Avenue. Proses dalam menyelesaikan semua tugas itu tentu berat, tetapi perjalanan yang ditempuh merupakan suatu hal yang saya tak ingin lewati. Saat-saat melatih pemain Sky Lite untuk tampil, susah payahnya mencari dana untuk Sky Avenue- semua itu pasti berarti sesuatu. Jika bukan untuk semua itu, saya tidak akan berada disini seperti ini, dan karena semua itu lah saya sekarang menjadi orang yang lebih baik. Sama halnya dengan menjadi seorang pengurus Palabsky- saya tahu betul bagaimana susahnya bekerja dengan orang-orang lain. Susahnya menempatkan diri dengan alam, susahnya menjadi seorang ketua di sebuah acara. Dengan terlibatnya saya dengan itu semua, saya berkesempatan melakukan hal-hal yang tidak akan bisa saya lakukan jika saya bukan seorang pengurus OSIS/Palabsky. Jadi kesimpulannya, terlibat dalam sebuah organisasi itu sangat amat membantu, memberi banyak pengalaman, dan saya belajar banyak dari itu.
Sekarang disinilah saya, menduduki kelas 12. The glory days are over, dan sekarang saya memiliki tanggung jawab – tanggung jawab yang jauh lebih besar kedepannya. Saatnya saya tinggalkan seluruh kesenangan di kelas 11 dan mulai fokus ke masa depan. Saya hanya bisa berusaha dan berharap bahwa tahun yang mendatang ini akan sebaik; bahkan lebih baik, dari tahun-tahun sebelumnya saya berada di Labschool. Jalanin aja.