Pengalaman Selama 2 Tahun di Labsky



Saya berasal dari SMP Labschool Kebayoran, dimana saya sudah sangat familiar dengan segala macam kegiatan- kegiatan yang lain dari sekolah sekolah umumnya. Awalnya tidak ada niatan untuk melanjutkan studi di jenjang SMA ke Labschool karena orang tua saya lebih menginginkan saya masuk ke SMA Negeri. Namun, saya tetap mencoba jalur dimana semua murid SMP Labschool diberikan kesempatan tes terlebih dahulu dan tersaringlah 50 orang terbaik, tentunya dengan beberapa kualifikasi seperti nilai rapot minimum dan sebagainya.  Alhamdulillah, saya termasuk ke dalam 50 besar itu. Dan diberikan kesempatan untuk menjalani tes untuk program Akselerasi. Semangat saya semakin menjadi setelah mengetahui teman baik saya Dimas Ismail juga mengikuti tes tersebut.




Disaat calon siswa lain mungkin sedang berlibur, saya dan siswa-siswa yang beruntung lainnya menjalani tes untuk proggram akselerasi. Sempat tersirat rasa kesal karena tidak dapat menikmati liburan seperti calon siswa pada umumnya. Namun tekad saya untuk masuk kedalam kelas akselerasi mengalahkan penat saya. Hingga akhirnya tersaring kurang lebih 40 orang kandidat calon akselerasi yang akan diujicoba menjalani materi- materi akselerasi selama sebulan. Saya masih harus bersaing lagi dengan teman teman untuk disaring kembali menjadi siswa kelas akselerasi resmi.  
Selanjutnya hari kegiatan sekolah yang pertama pun tiba, Masa Orientasi Siswa (MOS). Kami, para siswa baru diajarkan mengenai budaya budaya Labschool, yang mayoritas saya sudah tau, karena saya berasal dari SMP Labschool. Kami juga diberikan materi materi lain seperti Persatuan Baris Berbaris dan diajarkan berdisiplin. Hari terakhir Masa Orientasi Siswa kami diwajibkan membuat drama kelas oleh kakak Osis. Drama kelas tersebut disaksikan kakak kakak keas XI dan XII. Walau menurut saya drama kami kurang berhasil karena suara kami kurang terdengar jelas, namun, saya merasakan kebersamaan kelas semakin terbangun. Saya mulai mengenal satu sama lain.
Masa Orientasi Siswa telah saya lalui, namun saya masih harus mengarungi sebulan penuh observasi pembelajaran agar dapat menjadi siswa akselerasi. Materi materi baru yang diajarkan dibahas dengan tempo yang sangat cepat. Berbeda dengan kelas kelas reguler pada umumnya. Cukup sulit, karena materi SMA sangat jauh berbeda dengan materi SMP. Dibutuhkan logika dan permainan otak dalam membahas soal soal yang diberikan. Tanpa terasa sebulan penuh telah saya lalui. Kini tinggal menunggu hasil pengamatan dan keputusan mengenai siapa yang lulus dan yang tidak. Meski belum mengetahui keputusan saya sudah merasakan kesedihan, teman baik saya, si Dimas memutuskan untuk tidak mengikuti program ini. Sehingga sudah bulat keputusan dia tidak akan bersama dengan saya jika saya berhasil lulus.
Amplop telah dibagikan oleh ibu Yuyun, guru BK yang menangani kami. Butuh waktu yang lama bagi saya untuk mengumpulkan keberanian membuka amplop tersebut. Hingga 15 menit berlalu, teman teman saya yang telah membuka amplop nya terlebih dahulu sehingga saya tahu siapa yang lulus dan yang tidak. Saya semakin pasrah terhadap keputusan tersebut. Ternyata saat saya membuka amplop tersebut, berita baik yang disampaikan, saya berhasil lulus dan dapat menjadi siswa akselerasi resmi. Alhamdulillah.




Setelah beberapa bulan saya menjadi siswa akselerasi, tiba saat nya pergantian jabatan OSIS dan MPK. Diberitahukan bahwa MPK membutuhkan dua perwakilan dari kelas X. Saat pemilihan dikelas, saya dan Zakky menjadi pemenang. Sehingga saya mulai diwajib mengikuti persiapan ari lintas juang, karena untuk menjadi OSIS atau MPK di Labschool dilakukan semacam upacara atau ritual lari kurang lebih 17 km. Karena 17 km bukan jarak yang dekat jadi saya diwajibkan ikut persiapan lari. Setiap persiapan jaraknya semakin panjang. Hal ini menyita energi saya yang seharusnya fokus untuk pelajaran karena akselerasi belajar dengan tempo yang cepat. Saya tertinggal dari kawan kawan dan susah mengejarnya. Belum lagi banyaknya waktu yang tersita untuk imbingan belajar. Jujur saja saya letih tapi sema itu hilang saat Jas MPK sudah ditangan. Saya telah dilantik menjadi seksi kesenian MPK Balaprawira Cakradarmatha. Kakak kakak OSIS dan MPK yang lain sangat baik kepada saya, khususnya Kak Nia, Kak Nana dan Kak Ichi.
Pembelajaran seperti biasa saya lakukan kembali, nilai saya sangat fluktuatif di aksel. Sulit rasanya mendapatkan nilai diatas 7. Bimbel pun semakin menjadi jadi, Waktu saya beristirahat tersita hanya untuk belajar. Bahkan beberapa teman saya berkomentar bahwa saya menjadi sombong karena tidak meluangkan waktu untuk mereka. Padahal memang saya yang tidak punya waktu bermain karena tuntutan akselerasi. Namun saya masih mencoba bertahan. Karena ibu saya menginginkan saya tetap di aksel meski saya pontang panting. Katanya usaha saya akan terbalas saat dijenjang mahasiswa nanti.



Dilain waktu, saya masih meluangkan waktu untuk kegiatan sekolah. Mayoritas karena wajibnya mengikuti kegiatan tersebut. Seperti kegiatan keagamaan, Pra TO, dan TO.
Saat Pra TO, saya beruntung memiliki anggota kelompok yang sangat baik dan kompak. Kami lebih sering bercanda dan tertawa bersama sama karena tingginya selera humor anggotanya. Bahkan pembimbing kami juga sering tertawa bersama kami, atau memarahi kami karena seringnya kami bercanda. Walaupun kami suka bercanda, namun kami dapat menyelesaikan persyaratan yang diberikan atau tugas tugas dengan baik. Bahkan untuk name tag, kami selesai lebih awal. Belum lagi drama kami tentang Hachi yang tergolong melawak dapat menghibur kawan kawan semua dan termasuk drama yang lolos pentas. Sehingga kami menjadi kelompok terbaik Pra TO. Alhamdulillah.
Saat TO kami tinggal didesa, rumah yang saya tempati sangat unik. Dalam bak mandinya terdapat ikan lele, yang kadang kadang lompat dan mengagetkan saya yang sedang mandi. Belum lagi teriakan ewaldo saat menemukan kodok berukuran sangat besar dikamar mandi yang membuat kaget satu kelompok yang sedang tidur. Mayoritas saya bertugas dirumah. Memasak, mencuci. Uniknya pada saat mencuci saya tidak sadar dibelakang saya terdapat kandang ayam sehingga saat sata membalikan badan saya terpeleset. Namun semua itu menambah serunya TO kelompok kami. Seru tidak berhenti disana, saat mengarang surat cinta yang saya putuskan saya berikan kepada Koor Rohani, kak Avicenna, saya dibantu kak Elza, pembimbing saya. Saya menuliskan surat cinta dalam bahasa arab. Surat cinta pun sukses saya berikan kepada kak Avicenna sehingga kelompok kami mendapat tambahan pita hijau.
Tapi sedihnya kelompok saya banyak yang sakit pada hari hari terakhir. Sehingga banyak yang tidak mengikuti penjelajahan dan tidak menjadi kelompok terbaik. Saya juga termasuk yang sakit. Kata dokter, saya alergi tumbuhan. Saya juga binggung kenapa bisa alergi tumbuhan. Badan saya panas kulit saya gatal kemerahan. Saat itu saya merasa kehilangan momen yang penting dalam TO. Saat kembali ke Jakarta saya pun mengurus alergi saya tersebut yang ternyata memakan banyak salep yang harus digunakan.



Kembali menjalani rutinitas yang membosankan, waktu saya tersita untuk belajar. Kadang kala saya tidak mengikuti acara keluarga karena alasan mengerjakan tugas atau belajar untuk ulangan. Saya merasa sedih. Belum lagi nilai yang saya capai kurang memuaskan. Tidak sebanding dengan usaha saya les sana sini. Sangat pelit nilai dan sulit soal sifat beberapa guru di labschool. Hingga akhirnya pada kelas XI semester 1 saya memutuskan turun kembali ke program reguler. Cukup susah untuk berpisah dengan teman teman akselerasi, karena sudah saya anggap sebagai keluarga sendiri. Apalagi berpisah dengan Tiara, Diva, Denira dan Thasya. Namun keputusan saya sudah didukung keluarga dan guru hingga akhirnya saya resmi mengundurkan diri dan turun. Dari total dua puluh orang siswa akselerasi, kini tinggal lima belas siswa. Saya satu satunya cewek yang turun ke reguler.
Awalnya saya takut mengenai pendapat teman teman reguler, karena sebelumnya saya pernah mendengar celetukan salah satu siswa reguler mengenai siswa akselerasi yang degrade. “Balik ke reguler? Wah berarti bego dong.” Komentarnya blak blakan. Cukup shock bagi saya, karena jujur saja kata- katanya menyakitkan.  Belum lagi saya tidak punya kawan dekat di reguler, karena kebetulan teman dekat saya ada yang tidak sekelas dan ada yang berada di IPS. Tapi saya beruntung, saya mendapatkan teman baik di kelas yaitu, Michelle, Raras, dan Cintya. Dan pendapat saya mengenai teman teman direguler berubah. Mereka ternyata baik dan asik. Konyol.
Kesibukan saya les sudah tidak ada saya menjadi terbilang “nganggur” sehingga “iseng iseng” saya mengikuti ekskul futsal. Selain karena saya suka olahraga, ada Michelle dan Dimas di ekskul tersebut. Jujur saja, saya merasakan kekompakan disana. Kami berlatih keras untuk mengikuti Sky Battle, walau pendirian ekskul futsal putri masih tergolong baru. Tapi kami merasakan serunya berlatih bersama. Belum lagi permainan semakin bertambah seru saat kami diadu dengan futsal putra SMP.
Bermodalkan nyali dua minggu setelah kami terbentuk dan latihan bersama, kami mengikuti Bulungan cup yang diadakan oleh SMA 70. Kami mencari pengalaman. Benar adanya, kami sangat terlihat amatir dilapangan. Melawan tim dari SMA 74 kami dibantai dengan skor yang agak mengerikan. Memang tidak imbang, sebab dua orang dalam tim 74 adalah timnas. Saya pun melakukan banyak kesalahan. Dan mendapat kartu kuning. Walau berujung kalah di Bulungan cup tapi pengalaman tidak ternilai dapat diambil dari sana. Sehingga pada SkyBattle kemampuan kami meningkat meski belum dapat menyetarakan dengan yang lainnya sehingg kami tetap kalah di SkyBattle. Akan tetapi kami pernah berekor mengalahkan tim lawan di Skybattle ini.
Walau asal asalan dan tidak pernah menang cup, menurut saya futsal adalah ekskul terasik yang pernah saya ikuti. Belum lagi anggotanya yang sangat bersahabat dan saya anggap keluarga sendiri.
Keseruan lain adalah pada saat saya menjadi panitia Dana untuk SkyAvenue, saya harus menjual makanan kecil dan menjual beberapa item. Terkadang saya harus menombok uang jualan dengan uang sendiri. Bahkan semapat berdebat dengan dimas mengenai iuran. Tapi itu semua sebanding dengan serunya SkyAvenue 2011. Dengan tema halloween, saya menyesuaikan diri. Saya menggambar tangan zombie yang memegang kaki saya. Saat disibukan oleh stand dana yang kekurangan piring dan mengharuskan saya dan teman dekat saya, Azrina ke mayestik. Saya sungguh malu. Banyak orang memperhatikan kaki saya. Bahkan ada seorang suster yang menunjuk nujuk kaki saya dan anak kecil yang memotret kaki saya.
Dengan malu saya belanja dengan sangat cepat dan segera kembali ke tennis indoor senayan. Disana saya sangat menikmati acara karena tugas saya sudah selesai. Puncak kegembiraan yang menurut saya “gong” dari SkyAvenue saat penampilan Sheila On 7. Setengah mengantuk karena lelah saya tetap bergembira menggoyangkan kaki sesuai irama lagu. Hingga akhirnya acara selesai.




Saat ini saya sendiri masih belajar di Labschool, dikelas XII IPA 3 yang diwalikelaskan ibu Epidayatny. Sampai detik ini saya masih mencari pengalaman terbaik saya dilabschool yang tidak dapat saya tukar dengan apapun. Masa SMA memang masa yang paling indah, saya tidak pernah menyesal pernah berada di akselerasi, saya tidak juga menyesal mengambil keputusan untuk turun ke reguler. Karena semakin banyak pengalaman akan membuat saya semakin iap menghadapi hidup. Demikianlah perjalanan 2 tahun saya di Labschool yang menurut saya menarik untuk diberitahukan kepada teman teman. Sampai saat ini saya masih berjuang  untuk lulus dan mendapatkan Universitas yang saya inginkan. Semoga pengalaman saya dapat membuka mata teman teman, khususnya, jangan malu jika anda pernah mengalami degrade, jadikan itu sebagai salah satu pengalaman hidup dimana orang lain belum tentu merasakannya. Sekian, terima kasih.