Dua Tahun di Labsky, Penuh Suka Duka

Awal Cerita

Saya sudah memasuki tahun ketiga di SMA Labschool Kebayoran atau lebih dikenal dengan Labsky. Benar- benar tidak terasa, apalagi mengingat banyaknya acara yang saya lalui selama di Labsky. Dulu saya sering cemas mengingat akan menghadapi Bintama. Tapi sekarang saya menertawakan adik kelas yang akan Bintama. Anggap saja pelampiasan. Bisa dibilang inilah enaknya jadi kelas 12: sudah tidak ada lagi Trip Observasi atau Bintama.

Kembali ke awal cerita, dulu saya sempat ragu untuk masuk ke Labsky. Apalagi saat mengerjakan soal-soal tes masuknya yang terhitung susah. Jujur saya sempat pesimis. Yang membuat saya sangat sedih, nomor tes saya tidak ada di daftar pengumuman siswa yang lolos tes masuk Labsky.

Setelah puas menangis, saya baru sadar kalau yang saya lihat itu pengumuman tes masuk SMA Labschool Jakarta, bukan Labsky. Cukup memalukan juga, karena saya sudah terlanjur memberitahu teman-teman saya bahwa saya tidak lolos. Akhirnya saya membuka link pengumuman yang tepat, dan untungnya saya diterima di Labsky. Dengan demikian saya resmi menjadi siswa SMA Labschool Kebayoran.

Kelas X

Pertama kali menjejakan kaki di Labsky, saya menyadari bangunannya sudah mengalami perubahan. Dulu saya pernah ke Labsky saat angkatan Catruka dan Pancatra masih ada. Saat itu bangunan SMA dan SMP terpisah, lalu lapangan hijau masih berwarna merah. Setelah memastikan saya tidak memasuki sekolah yang salah, saya mengikuti Pra-MOS yang didampingi oleh kakak-kakak dari OSIS Diwakara Balasena dari angkatan Saptraka.

Pra-MOS ini diadakan pada hari Sabtu di bulan Juli 2009. Dengan menggunakan seragam putih abu-abu untuk pertama kalinya, saya diberi pengarahan untuk membuat name tag MOS serta peraturan-peraturan tentang pakaian dan makanan. MOS Labsky benar-benar berbeda dengan MOS saat saya SMP. Name tag yang harus saya buat – menurut saya-  susah dan teka-teki makanan cukup membuat saya bingung.

Kami juga diberitahu bahwa selama tiga hari MOS, setiap pagi kami wajib melaksanakan lari pagi. Tidak tanggung-tanggung, pukul 05.30 kami harus sudah berada di sekolah. Bagi saya yang selama liburan hanya tiduran, lari pagi cukup menguras tenaga. Jujur saja saya merasa saya terkena karma. Saat menjadi OSIS di SMP, saya termasuk sering iseng kepada peserta MOS.

Ketika MOS angkatan saya dibagi menjadi beberapa kelompok. Saya masuk ke kelompok terakhir. Selama tiga hari itu kami belajar banyak hal, seperti kedisiplinan, management waktu, dan yang paling penting adalah peraturan-peraturan di Labsky. Di hari kedua kami juga diajari baris berbaris atau PBB.

Setelah selesai MOS, di hari keempat saya di Labsky semua siswa kelas sepuluh mengikuti tes matrikulasi. Hasil dari tes ini akan menentukan apakah kami harus mengikuti matrikulasi atau tidak. Setelah itu kami melihat pengumuman pembagian kelas. Saya ditempatkan di kelas X-A dengan wali kelas Pak Yusuf.

Add caption

Kami masuk ke home base kami masing-masing untuk berkenalan dengan teman sekelas dan wali kelas. Tapi dua jam sebelum pulang, Pak Yusuf baru masuk home base saya, yaitu ruang 20 kelas Kimia. Baru sekarang saya merindukan kegabutan Pak Yusuf. Walau begitu Pak Yusuf adalah wali kelas yang sangat baik. Apalagi saat pelajaran kimia, kelas saya mendapat sedikit keistimewaan karena beliau wali kelas kami.

Hari keempat di Labsky kami mengikuti Expo Ekskul, di mana eksul-ekskul yang ada mempromosikan ekskul-ekskul mereka. Dengan cara ini, siswa-siswa baru dapat mengetahui ekskul-ekskul di Labsky dan memilih paling tidak satu ekskul. Saya memilih ekskul Tari Tradisional bersama Puti dan Dinda.

Hari-hari berikutnya kami sudah mulai belajar di kelas. Setiap hari Jumat kami juga harus lari pagi karena kegiatan tersebut merupakan slah satu tradisi Labschool. Ada banyak tugas dan ulangan yang hampir semuanya mampu membuat orang naik darah. Bukan Labsky namanya kalau tugas hanya sedikit dan ulangan tidak remedial seangkatan. Sudah cukup banyak ulangan di mana seluruh anak di angkatan saya harus remedial karena nilainya tidak mencapai batas tuntas.

Bukan Labsky pula kalau kegiatannya hanya belajar dan belajar. Terutama untuk anak kelas sepuluh yang memiliki tiga kegiatan wajib, yaitu MOS, Trip Observasi (TO), dan Bintama. MOS sudah saya lewati sebelumnya, dan sekarang saya akan menceritakan TO angkatan saya.

Sebelumnya, pada tanggal 17 Agustus 2009 saya menyaksikan Lari Lintas Juang (Lalinju) dan pelantikan OSIS Ksatrianala Sagrayudha. Lalinju adalah tradisi sekolah saya, di mana OSIS dan MPK yang akan lepas jabatan serta OSIS dan MPK yang akan dilantik berlari sejauh 17 km menuju Labsky. Di tanggal itu pula OSIS Diwakara Balasena digantikan oleh Ksatrianala Sagrayudha dari angkatan Hastara.

OSIS Ksatrianala Sagrayudha lah yang mendampingi TO angkatan saya. Namun sebelum TO, kami harus mengikuti Pra-TO untuk menyiapkan fisik dan mental kami. Pra-TO dilaksanakan selama tiga hari. Setiap hari kami harus lari pagi dengan rute yang lebih jauh dari biasanya. Otomatis otot kami juga lebih capek dari biasanya.

Saat TO dan Pra-TO kami dibagi menjadi 25 kelompok. Saya masuk kelompok 12 Giring-giring. Semua kelompok menggunakan nama-nama tarian daerah Indonesia. Di Pra-TO kami harus membuat tongkat TO dan name tag. Mulai dari mengamplas hingga mengecat tongkat kami lakukan sendiri. Name tag kali ini pun lebih susah dibanding name tag MOS kami.

Lalu pada hari ketiga, tepatnya pada 17 Oktober 2009, angkatan saya melakukan tradisi Labschool lainnya yaitu mendapatkan nama angkatan, yel-yel angkatan, dan ketua angkatan. Nama angkatan kami adalah Nawa Drastha Sandyadira yang disingkat Nawastra dengan ketua angkatan Nabel, Danto, dan Olaf.

X-A dengan Pak Yusuf

Minggu berikutnya pada tanggal 22-26 Oktober, Nawastra berangkat ke desa Pasir Muncang, Purwakarta, Jawa Barat. Selama lima hari kami cukup bersenang-senang dengan banyaknya kegiatan seperti penelitian dan presentasi, membantu pekerjaan orang tua asuh sebagai petani, Lintas Budaya, dan kegiatan sosial mengunjungi serta memberi bantuan pada sekolah dasar di desa itu.

Namun yang paling seru dari TO tentu saja adalah penjelajahan. Sayangnya dari kelompok saya hanya Adam, saya, Uje, Vicky, dan Kak Ipul yang lolos tes kesehatan. Sedangkan Omar, Kay, dan Harsya tinggal di rumah. Kami harus mendaki gunung, lewati lembah, menyelam di air terjun, hingga berendam di sawah. Selama penjelajahan kami juga melewati beberapa pos seperti pos Seksen (Kesenian), BN (Bela Negara), Rohani, Edukasi, dan Kesmas (Kesehatan dan Kemasyarakatan).

Sepulangnya dari TO, kehidupan sekolah berjalan seperti biasa. Saya mengikuti Ulangan Tengah Semester dan Ulangan Akhir Semester. Lalu saya juga mengikuti studi lapangan ke bandung selama dua hari. Di semester 2 saya dipilih Bu Fitri untuk mengikuti OSN Matematika bersama Paul, Etsa, Kak Ojan, dan Atika. Setelah mengikuti tes seleksi Pra-OSN, kami tidak langsung kembali ke sekolah melainkan bermain bowling dulu dengan Pak Haris.

Seminggu kemudian kami mendapat kabar bahwa semuanya lolos seleksi Pra-OSN. Dengan demikian selama seminggu kami mendapat pelatihan di SMAN 3 Jakarrta. Di tes berikutnya hanya Paul, Etsa, dan saya yang lolos. Total selama sebulan saya tidak masuk sekolah karena pelatihan OSN dan seleksi. Apakah saya menang? Tentu saja tidak. Saya hanya berhasil sampai tingkat Pra-Provinsi.


Setelah Ulangan Kenaikan Kelas, saya menjalani tradisi Labschool berikutnya yaitu Bintama. Selama 6 hari kami dilatih oleh Kopassus di markas mereka di Serang, Banten. Baik fisik maupun mental kami dilatih. Kegiatan kami macam-macam, mulai dari belajar melempar pisau hingga flying fox. Saya masuk ke pleton 1 dan mendapat Pelatih Sunu dan Pelatih Ribut sebagai Komandan serta Wakil Komandan Pleton. Kedisiplinan, kemandirian, serta kekompakan kami terasah melalui Bintama. Begitu kami pulang dari Bintama, saya langsung berhibernasi hingga liburan kenaikan kelas selesai.

Kelas XI

Kelas sebelas bisa dibilang adalah masa-masa penuh kesantaian, kegabutan, dan kegembiraan. Kali ini saya ditempatkan di kelas XI IPA 1. Akhirnya saya jadi anak IPA! XI IPA 1 mempunyai wali kelas yang hampir tidak pernah serius, yaitu Pak Endang Sumarna atau lebih dikenal dengan Pak Osa (Orang Sunda Asli). Teman-teman saya dari X-A banyak pula yang ditempatkan di XI IPA 1, seperti Cahyo, Michelle, Nina, Andry, dan Subhan.

(dari kiri ke kanan) Cahyo, saya, dan Fira

Karena tahun ini angkatan saya yang menjadi OSIS dan MPK, kelas saya sering kosong jika OSIS sedang melaksanakan kegiatan. Pada 17 Agustus 2010, OSIS Drandharaka Wiraksaka melakukan Lalinju dan dilantik menggantikan Ksatrianala Sagrayudha.

Di kelas sebelas saya keluar dari ekskul Tari Tradisional. Lalu di tahun ini tidak ada kegiatan wajib seperti TO maupun Bintama. Namun sebagai gantinya, Nawastra disibukkan dengan program-program kerja OSIS yang sangat banyak. Hal inilah yang menyebabkan kelas-kelas sering kosong, seperti yang sudah saya singgung sebelumnya. Salah satu program kerja dengan skala besar adalah Sky Battle, yaitu lomba olahraga antar sekolah di Jakarta.

Seperti tahun sebelumnya, saya mengikuti studi lapangan namun tahun ini tujannya adalah Jogja dan –sedikit- Solo. Dari tanggal 31 Januari hingga 2 Febuari 2011, kami mengunjungi berbagai tempat seperti Keraton Yogyakarta, candi Prambanan, pabrik jamu PT Air Mancur, sendratari Ramayana, dan Universitas Gadjah Mada. Sebelum pulang kami melakukan kunjungan ke SMA Muhamadiyah 1 Yogyakarta. Karena permintaan dari pihak pesawat Garuda, maka XI IPA 1 kembali ke Jakarta lebih awal dari yang lain.

Candi Prambanan, Jogja

Sampai kapan pun studi lapangan adalah acara yang sangat ditunggu-tunggu. Tapi tugas-tugas studi lapangan tidak pernah kami nantikan. Walaupun satu kelompok terdiri dari 11 anak, tetap saja waktu 2 minggu berasa sangat cepat bagi kami. Rasanya hampir tidak mungkin menyelesaikan tugas. Untungnya tepat saat deadline kelompok saya berhasil mengumpulkan tugas-tugas kami.

Masalah lain yang kami hadapi di kelas sebelas kali ini bukan hanya tugas dan ulangan. Kami harus sudah menentukan jurusan untuk kuliah kami nanti. Bahkan kami mendapat rintangan yang dihadapi semua siswa Labschool, yaitu karya tulis. Mulai dari akhir semester 2, kami wajib membuat judul karya tulis dan memilih guru pembimbing.

Setelah memantapkan hati, saya memilih pelajaran fisika untuk karya tulis. Lalu saya megejar-ngejar Pak Endang a.k.a Pak Osa untuk menjadi guru pembimbing saya. Saya bahkan rela memberi outline karya tulis pagi-pagi pada Pak Osa hanya agar saya masuk dalam kuota anak yang dibimbing Pak Osa. Mungkin saat kuliah nantinya saya tidak serela itu mencari guru pembimbing.

Akhirnya di penghujung kelas 2, saya mengikuti Ulangan Kenaikan Kelas. Setelah 6 hari penuh penderitaan, kami berhasil menyelesaikannya. Sebenarnya XI IPA 1 merencanakan liburan kelas bersama ke Tanjung Lesung, Banten. Tapi karena pada tanggal yang sama saya harus pergi ke Jogja, saya tidak bisa ikut teman-teman saya. Padahal saya ingin sekali ikut. Kemudian pada hari pembagian raport, saya mendapatkan kejutan berupa nilai 100 untuk pelajaran seni karawitan, begitu pula dengan Cahyo.

Hari-hari terkahir di kelas 2

Kelas XII

Karena sudah di tahun akhir SMA, saya sudah tidak bisa bersantai-santai lagi seperti sebelumnya. Kini hari-hari saya penuh dengan TO (Try Out, bukan Trip Observasi). Tapi saya berharap saya tetap bisa menikmati hari-hari di Labsky.